INFO
  •  Selamat Datang di Website Resmi Dinas Pertanian Kabupaten Grobogan 
  •  Menuju Agribisnis Yang Bermartabat 
  •  Grobogan Hebat 
  •  Menuju Indonesia Unggul 

BUDIDAYA PADI SALIBU BUAT PETANI MAKIN MAJU

Rabu, 9 Oktober 2019

BUDIDAYA PADI SALIBU BUAT PETANI MAKIN MAJU

 


 

Teknologi budidaya padi salibu merupakan teknik menaman padi dengan cara memanfaatkan rumpun padi sisa panen untuk bisa menghasilkan tunas baru yang akan membentuk populasi tanaman baru yang bisa berproduksi nyaris sama dengan hasil penanaman awal. Dengan demikian petani hanya cukup sekali menanam bibit padi, dan selanjutnya bisa memanen sampai beberapa kali tanpa harus menanam bibit baru. Salibu sendiri merupakan akronim dari Sekali Tanam Panen Berulang-ulang atau panen berkali-kali.


Sebelum metode salibu ini diperkenalkan, para petani di Pulau Jawa sudah mengenal metode ratun, yaitu sisa tanaman padi sehabis panen dibiarkan tetap berada di lahan sawah tanpa dilakukan pemotongan batang, kemudian diairi kembali. Tunas baru kemudian muncul pada sisa tanaman tersebut, namun bentuknya tidak beraturan dan produktivitasnya juga jauh menurun.

Berbeda dengan metode ratun, metode salibu ini hanya menggunakan pangkal batang sebagai sumber tunas baru, sehingga tanaman baru hasil pertunasan ini tumbuh serempak dan seragam, begitu juga dengan jajaran tanamnya akan mengikuti tanaman sebelumnya.

 

Tahapan Pelaksanaan Metode Salibu :

1.    Menjaga kelembaban tanah

Pada kondisi lahan sawah yang terlalu kering, setelah padi dipanen lahan digenangi air setinggi ± 5 cm selama 2-3 hari. Selanjutnya saluran pembuangan air dilepas kembali. Tujuannya untuk menjaga kelembapan tanah dan menghindari agar batang padi yang masih berdiri tidak mati kekeringan.

2.    Pemberian pupuk kandang, pemotongan batang dan menabur jerami

Sebelum melakukan pemotongan batang, pupuk kandang diberikan pada lahan terlebih dahulu dengan kebutuhan 1 ton/ha. Pemotongan dilakukan pada pangkal batang menggunakan mesin potong rumput dengan ketinggian ± 5 cm dari permukaan tanah. Setelah selesai pemotongan, semua jerami ditabur merata di permukaan lahan tanpa menutupi tunggul padi.

3.    Memupuk dan melumpurkan tanah

Kurang lebih dua minggu setelah pemotongan pangkal batang atau setelah sebagian besar tunas muncul ke permukaan, maka dilakukan pemupukan pertama dengan pupuk Urea 150 kg/ha. Untuk menjaga pertumbuhan dan ketersediaan air, pertahankan kondisi air dalam keadaan macak- macak. Untuk melumpurkan tanah dilakukan dengan cara menginjak –injak tanah dan jerami sampai jeraminya terbenam kedalam tanah. Perlakuan tersebut disamping untuk melumpurkan tanah dan mempercepat proses pelapukan jerami juga sebagai upaya untuk penyiangan. Penyiangan dilakukan bersamaan dengan pemberian pupuk Urea sebanyak 150 kg/ha.Pemupukan kedua dilakukan pada tanaman berumur 40 hari dengan dosis  SP36 125 kg dan KCl sebanyak 25 kg.

4.    Pengendalian hama dan penyakit

Tidak adanya masa istirahat antara satu daur hidup tanaman dengan daur hidup berikutnya menyebabkan metode budidaya padi salibu lebih rentan terhadap berbagai kemungkinan serangan hama dan penyakit. Oleh karena itu monitoring hama dan penyakit wajib dilakukan untuk memantau populasi hama dan intensitas serangan penyakit sedini mungkin.

5.    Panen dan pasca panen

Panen padi metode salibu bisa dilakukan pada umur ± 90 hari. Sepuluh hari menjelang panen sebaiknya sawah dikeringkan, tujuannya untuk menyerempakkan pematangan gabah.

 

Teknologi budidaya padi Salibu ini telah diaplikasikan di Desa Pulokulon dan Desa Tuko Kecamatan Pulokulon mulai awal tahun 2018. Tahun 2019 ini petani mencoba lagi menanam  dengan metode salibu dari tanaman padi bulan November 2018. Pada awalnya petani mengetahui metode Salibu ini dari penyuluh Perusahaan Sampurna. Kelemahan budidaya salibu untuk Kecamatan Pulokulon adalah kurangnya air dan petani belum mengikuti secara tepat metode salibu yang benar.Akibatnya hasilnya kurang optimal atau hasil yang diperoleh lebih rendah dari panen sebelumnya. Meskipun demikian metode ini menjadi pilihan, karena dengan adanya percepatan tanam padi pada musim tanam berikutnya,petani tersebut dapat menanam tembakau lebih awal, yaitu pada pertengahan Bulan Mei. Dengan demikian panen tembakau dapat dilakukan lebih awal yaitu pada puncak musim kemarau tahun ini  di bulan Agustus, dimana pada saat itu harga jual tembakau lebih tinggi. 

Keuntungan metode salibu diantaranya adalah tanpa pengolahan tanah, penyemaian dan penanaman sehingga waktu panen lebih singkat, kebutuhan air irigasi lebih sedikit, serta biaya produksi (tenaga kerja, pupuk) menjadi lebih hemat. Melihat besarnya keuntungannya, rencana ke depan, petani yang melaksanakan metode salibu ini akan mencoba teknik memotong  hingga 2 kali setelah panen. Caranya,seminggu setelah tanaman padi dipanen dilakukan  pemotongan pertama,seminggu kemudian dipotong kedua kalinya. Dengan perlakuan tersebut diharapkan tinggi anakan bisa serempak, dan jumlah anakan lebih banyaksehingga hasil yang didapat bisa lebih optimal.

 

Penulis : Anggoro Sulistyono, S.TP. (Penyuluh BPP Kecamatan Pulokulon Kab. Grobogan)

 

Sumber :

Teknik Salibu, "Paket Hemat" Budidaya Padi di https://www.kompasiana.com/masfathan66/593f8be5ae7e6197287aaa4a/teknik-salibu-paket-hemat-budidaya-padi?page=all

Teknologi Salibu: Tanam Padi Sekali Panen Lebih Tiga Kali di https://indonesiabertanam.com/2016/03/06/teknologi-salibu-tanam-padi-sekali-panen-lebih-tiga-kali/


Simpan sebagai :

Berita terkait :

Komoditas Unggulan

Kalender Kegiatan

«

Maret 2024

»
MggSenSelRabKamJumSab
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31

PENGADAAN BARANG DAN JASA


Galeri Video

Peta Dinas Pertanian